Tolak Kenaikan SPP, Ratusan Siswa SMAN 13 Mogok Belajar

foto beritamahardika /Ratusan siswa SMAN 13 Medan protes kenaikan SPP dengan mogok belajar

foto suaramahardika /Ratusan  siswa SMAN 13 Medan protes kenaikan SPP dengan mogok belajar
foto suaramahardika /Ratusan siswa SMAN 13 Medan protes kenaikan SPP dengan mogok belajar

MEDAN (suaramahardika):
Ratusan siswa SMA Negeri 13 Medan Jalan brigjen Zein Hamid, Titi Kuning mogok belajar dengan keluar dari ruang kelas, Rabu (14/9/2016) jam 09.00 WIB lantaran menolak kenaikan uang SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan). Para siswa kemudian berkumpul di lapangan sekolah seraya meneriakkan penolakannya.

Seorang siswi kelas XII yang sempat diwawancarai wartawan mengaku aksi yang dilakukannya lantaran dipicu pihak sekolah menaikkan uang SPP dari Rp100 ribu menjadi Rp150 ribu/bulan. Menurutnya, kenaikan uang SPP tersebut sarat terindikasi dengan praktik korupsi. “Kepala sekolahnya diduga korupsi karena uang sekolah dinaikkan. Sekolah tidak pernah memikirkan kami, apakah kami orang mampu semua,” ujar siswi yang tak mau menyebutkan namanya ini.

Diutarakannya, uang SPP sebesar Rp150 ribu sebenarnya sudah ditentang oleh mayoritas orangtua siswa. Namun, meski tanpa dukungan orangtua siswa, kenaikan tetap berlaku sejak awal September lalu.

Seorang orangtua siswa, A Siregar mengungkapkan kenaikan uang SPP tersebut sangat memberatkan. Sebab, tak semua siswa berlatar belakang ekonomi mampu, diantaranya, dirinya sendiri.”Kami selaku orang tua murid, jelas tidak setuju kalau uang SPP dinaikkan. Seharusnya, kepala sekolah mengetahui kondisi ini di mana semua siswa ada yang latar belakang keluarganya tak mampu. Kepala sekolah seharusnya berpihak kepada kami, bukan menambah beban,” cetus A Siregar.

Disebutkan Siregar, sebagian besar orang tua siswa menyekolahkan anaknya di sekolah negeri, berharap biayanya terjangkau. Tetapi, ini tidak dan kenyataannya sudah terbukti. Bahkan, karena tidak mampu membayar biaya sekolah, dirinya mengajukan permohonan keringanan biaya sekolah. Namun, permohonan tersebut belum juga disetujui. “Bayangkan saja, anakku 5 orang, dan 4 yang sekolah. Sedangkan pekerjaanku hanya tukang botot (pengumpul barang bekas). Aku sudah minta keringanan tapi belum juga ditanggapi, dan ini sudah keempat kalinya. Minggu ini juga aku mau minta keringanan, sampai disetujui. Aku berharap, kalau bisa diturunkan menjadi Rp50 ribu,” terangnya.

A Siregar menambahkan, selain uang SPP, uang buku dan uang parkir juga memberatkan. Kalau uang buku hampir sekitar Rp1,5 juta/tahun yang harus dibayar. Sementara uang parkir sehari Rp2 ribu.

Kepala SMAN 13 Medan, Nurhalima Purba yang dikonfirmasi via selulernya tak bersedia menjawab. Begitu juga pesan singkat yang dilayangkan, tak kunjung dijawab. Sementara saat mendatangi dan hendak bertemu Nurhalima di sekolah, petugas satpam tak memperkenankan masuk.(bm-2)