MEDAN(suaramahardika):
Penyakit demam berdarah (DBD) masih ‘menghantui’ warga Provinsi Sumut. Berdasarkan data yang diterima, dari Januari – September 2016, sebanyak 5.299 penderita dan 32 meninggal karena nyamuk Aedes Aegypti ini.
Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (Kabid PMK) Dinas Kesehatan Sumut, dr NG Hikmet menuturkan dari 33 kabupaten/kota, kasus DBD peringkat pertama yaitu Kota Medan sebanyak 1.165 penderita, 5 meninggal, disusul Deliserdang sebanyak 739 penderita, 1 meninggal dan Simalungun sebanyak 698 penderita dan tidak ada yang meninggal.
Kabupaten Karo sebanyak 328 penderita, dan tidak ada yang meninggal, Langkat sebanyak 285 penderita, 3 meninggal, Asahan sebanyak 267, 8 meninggal. Dairi sebanyak 246 penderita, 1 meninggal, Pematang Siantar 209 penderita, 1 meninggal.
Labura sebanyak 146 penderita, meninggal tidak ada, Tebing Tinggi sebanyak 145 penderita, meninggal tidak ada, Labuhan Batu sebanyak 141 penderita, meninggal tidak ada, Binjai sebanyak 125 penderita, 2 meninggal, Gunung Sitoli sebanyak 98 penderita, meninggal tidak ada.
Sibolga 93 penderita, meninggal tidak ada, Labusel 89 penderita, 4 meninggal, Batubara 73 penderita, meninggal tidak ada, Sergai 66 penderita, 1 meninggal, Samosir 62 penderita, meninggal tidak ada, Pakpak Bharat 52 penderita, meninggal tidak ada, Humbahas 47 penderita, meninggal tidak ada.
Nisel 42 penderita, 3 meninggal, Taput 40 penderita, meninggal tidak ada, Tobasa 35 penderita, meninggal tidak ada, Padang Sidempuan 31 penderita, 1 meninggal, Tapteng 22 penderita, meninggal tidak ada, Tapsel 16 penderita, meninggal tidak ada, Tanjung Balai 14 penderita, meninggal tidak ada.
“Padang Lawas 12 penderita, 2 meninggal, Nias 7 penderita, 2 meninggal, Paluta 3 penderita, meninggal tidak ada, Nias Utara 3 penderita, meninggal tidak ada. Untuk Madina dan Nias Barat tidak ada kasus DBD,” tambah Hikmet, Senin (17/10/2016).
Menanggapi kasus DBD tertinggi di Kota Medan, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan drg Usma Polita Nasution mengakui benar, karena daerah yang dipimpin Dzulmi Eldin ini memiliki jumlah penduduk padat dan bangunan tinggi sehingga nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di air bersih yang tidak mengalir.
Faktor lainnya seperti prilaku masyarakat dan iklim cuaca. Maka yang paling efektif yang dilakukan masyarakat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, menanam barang-barang bekas.
“Ketika sakit, datangi Puskesmas terdekat dan laporkan ke Puskesmas untuk di fogging. Bagi seluruh sarana pelayanan diminta melaporkan kasus DBD ke Dinas Kesehatan Medan,” ungkap Usma mengakhiri.bm-2